Motivator Indonesia Terbaik, Motivator Indonesia Terkenal, Motivator Indonesia.
Lahir dari keluarga sederhana, mimpi sederhana, tak membuat kerja keras & usaha menjadi tidak realistis dengan pencapaian seseorang. Hasil tidak pernah mengkhianati proses, itu yang selalu diajarkan ibu kepadaku. Mimpi menjadi seorang sarjana psikologi harus direlakan ibu, dikarenakan kondisi ekonomi keluarga kakek saat itu tidak memungkinkan ibu untuk melanjutkan pendidikannya sampai ke perguruan tinggi. Sebagai anak sulung dari delapan bersaudara, membuat ibu mau tidak mau harus ikut bertanggung jawab untuk kelangsungan hidup keluarga, walaupun dengan konsekuensi harus mengubur mimpinya sendiri. Namun, ia ikhlas & mulai membangun mimpi barunya menjadi seorang guru. Tak apalah, profesi mulia ini toh berperan besar bukan hanya dalam pendidikan akademis namun juga pembentukan & pembimbingan karakter generasi.
Selepas pendidikannya dari SPG 1 Setiabudi, ibu menjalankan masa awalnya sebagai guru sebagai honorer di SDN Kapuk. Masih sering ia ceritakan kepada kami anak-anaknya penghasilannya kala itu hanya sebesar Rp 18.500. Profesi pahlawan tanpa tanda jasa memang tidak memberikan banyak materi, namun melihat anak-anak lincah berhitung, mengarang indah, atau berebut mengerjakan soal di papan tulis memberinya kepuasan yang tidak tergambarkan. Kesuksesan seseorang bukan hanya diukur dari apa yang ia punya, tetapi seberapa bermanfaat ia bagi masyarakat & lingkungannya, ujarnya. Namun, Tuhan tidak tidur, dedikasi ibu perlahan terbayar saat ibu akhirnya lulus tes PNS. Perjuangan yang tidak mudah untuk mengerjakan soal di salah satu tribun gelora Senayan, dengan aku berumur empat bulan dalam kandungan. Semua indah pada waktunya.
Kebahagiaan ibu terlihat jelas, saat bersama bapak mendampingiku wisuda. Akhirnya mimpi menjadi sarjana dapat ia wujudkan lewat anaknya. Namun, kesempatan datang. Peraturan pemerintah yang baru mewajibkan setiap guru untuk mempunyai gelar S1, bagi yang belum akan dibiayai penuh untuk melanjutkan jenjang sarjananya di Universitas Terbuka. Hal ini tidak disia-siakannya. Terkadang ibu menungguku pulang kerja untuk menemaninya mengerjakan soal-soal statistik atau materi kuliah lainnya, sambil diselingi bolak-balik ke dapur mengecek ikan goreng yang takut hangus untuk makan malam. Sampai akhirnya ia bisa tersenyum mengenakan toganya sendiri. Didampingi anak-anaknya yang sudah lebih dulu mengenakan toganya masing-masing. Tak ada kata terlambat untuk mewujudkan mimpi.
Motivator Indonesia Terbaik, Motivator Indonesia Terkenal, Motivator Indonesia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar